I Love You. You Know It Right?

|Romance|Shoujo-ai|991w|

Rei mendengus kesal sambil berkali-kali melirik jam yang melingkari pergelangan tangan kirinya. Sudah hampir dua jam dia menunggu di depan salah satu mini market franchise kenamaan, tapi orang yang ditunggunya belum juga datang. Kakinya bergerak gelisah tak mau diam. Dengan gusar diambilnya kaleng bir di hadapannya dan segera menghabiskan isinya yang tinggal setengah. Ponselnya bergetar pelan, sebuah pesan masuk dari gadis yang membuatnya menunggu.
From : Maya
Sorry Rei, gue nggak bisa dateng. Ethan minta gue buat nemenin dia nyari perlengkapan buat KKN dia. Sorry banget ya Rei.
Shit!” Umpatnya pelan. Dari tadi teleponnya diabaikan dan membuatnya menunggu seperti orang gila di depan minimarket, eh akhirnya dia membatalkan janjinya begitu saja. Siapa sih orang waras yang tidak kesaldiperlakukan seperti itu? Rei mendengus kesal dan kembali membuka kaleng bir yang masih tersisa di depannya. Ethan, lagi-lagi lelaki itu. Ini bukan pertama kalinya Maya membatalkan janjinya demi Ethan. Gadis itu memang lebih dulu mengenal Ethan dibandingkan dirinya, bahkan mungkin hampir selama hidupnya ini Maya telah mengenal lelaki itu. Memikirkan hal ini membuat Rei bertambah kesal. Entah kenapa akhir-akhir ini dia selalu kesal setiap kali Maya mulai membicarakan Ethan, terlebih jika dia melihat Maya mulai bersikap manja kepadanya. Bukannya dia tidak memahami situasinya, tapi dia tidak bisa mengontrol dirinya agar tidak merasa kesal.
Entah sejak kapan dia mulai merasa kesal tiap kali Maya bersama Ethan. Dia juga tidak tahu sejak kapan dia mulai merasa seperti ada ribuan kupu-kupu beterbangan di perutnya saat bersama Maya. Bukan hanya itu, sepertinya dia juga butuh segera konsultasi ke dokter spesialis kardiologi lantaran jantungnya sering kali berdetak melebihi kapasitas normalnya tiap kali melihat Maya tersenyum atau tanpa sengaja tubuh mereka bersentuhan. Konyol memang, tapi ini yang selalu terjadi saat dia bersama Maya belakangan. Dalam delapan belas tahun hidupnya, baru kali ini dia merasakan hal ini. Apakah dia sudah jatuh cinta?
Sebuah mobil SUV berhenti di halaman mini market tepat di sebelah motor sport Rei. Dia mengernyitkan dahi. Ini mobil Ethan, dia hapal betul nomor plat mobilnya. Benar saja, Ethan kemudian keluar dari mobil. Rei sudah memasang wajah masam siap-siap bertambah kesal, tapi dia kemudian terlonggong saat gadis yang keluar dari sebelah kursi pengemudi bukan Maya. Ethan yang melihat Rei langsung menghampirinya.
“Kok lu nggak sama Maya?” tanya mereka bersamaan. Ethan kemudian terkekeh dan mengacak pelan puncak kepala Rei. Selalu seperti ini setiap kali mereka bertemu.
“Tadi Maya telepon gue, katanya dia nggak bisa nemenin gue soalnya elu ulang tahun. Makanya gue akhirnya pergi sama cewek gue.” Kata Ethan menjawab tanya dan wajah penasaran Rei. Mendengar jawaban Ethan, Rei hanya mengangguk dan kemudian meraih kaleng birnya lagi. Ethan kemudian menyambar kaleng bir itu sebelum sempat diteguk isinya.
“Anak SMA jaman sekarang bandel ya. Berani colongan minum bir.”
Rei hanya mendengus kesal kemudian beranjak dari kursinya. Terus di tempat itu sepertinya juga percuma.
“Gue balik dulu.” Ucap Rei sambil berlalu. Ethan meraih pergelangan tangan Rei untuk menghentikannya sejenak. Gadis berambut sebahu itu kemudian menghentikan langkahnya dan menatap Ethan penuh tanya. Lelaki itu bukannya menjawab, dia malah mengeluarkan tiga lembar uang seratus ribuan dan diangsurkan ke tangan Rei.
“Gue nggak tau kalau lu ulang tahun. Anggap aja ini kado dari gue.” Ucapnya kemudian. Rei tersenyum dan segera memasukkannya ke saku jinsnya.
Thanks ya Kak.” Gadis itu kemudian berlalu menuju motor sportnya. “Hey, sejak kapan lu manggil gue kakak?” seru Ethan. “Sejak hari ini mungkin.” Jawab Rei sebelum akhirnya menghilang dibarengi deru motornya.
Rei melajukan motornya dengan kecepatan penuh. Tak dia hiraukan makian pengendara lainnya saat dia dengan cepat mendahului laju kendaraan di depannya. Dia kesal dan butuh tidur, tapi setidaknya dia lega karena ternyata Ethan sudah punya pacar dan itu bukan Maya.
Tidak sampai setengah jam Rei sudah tiba di asrama sekolah. Buru-buru dia naik ke lantai tiga menuju kamar paling ujung di sebelah kanan lorong. Sudah hampir tiga tahun ini dia menghuni kamar itu bersama Maya sejak pertama kali dia masuk sebagai siswa di sekolah khusus perempuan ini. Dengan malas Rei membuka kunci pintu. Tak disangkanya ternyata Maya sudah menunggu di dalam. Gadis itu menyambutnya dengan senyum paling manis yang pernah dia lihat.
“Selamat datang!” gadis mungil berambut ikal itu merentangkan tangannya.
Rei hanya diam tak bersuara. She feel so dumbfounded right now. Dia benar-benar tidak menyangka kalau Maya menyiapkan kejutan kecil di kamar mereka.Rei menutup pintu di belakangnya dan mengikuti Maya duduk di lantai yang sudah dilapisi karpet berwarna biru pastel. Di atas meja kecil yang biasa mereka gunakan untuk meletakkan laptop sudah bertengger black forest mini dengan lilin berbentuk angka 18 diatasnya.
“Selamat ulang tahun Rei.” Bisik Maya tepat di telinga Rei yang tentu saja membuat jantungnya jumpalitan.
“Hemm, thanks.” Jawabnya singkat sembari berusaha menetralkan detak jantungnya. “Kenapa kamu repot-repot nyiapin ini?” tanya Rei sambil menolehkan kepala ke arah Maya. Gadis itu hanya diam menyadari posisi duduk mereka yang terlalu dekat sampai ujung hidung mereka bersentuhan. Keduanya kemudian memalingkan wajah. Sama-sama merasa malu dan canggung.
“Eumm..yang barusan sorry.” Kata Rei canggung. “Hemm, nggak apa-apa.” Sahut Maya lirih.
“Sebenarnya aku…aku suka sama kamu May.” Kata Rei lagi. Maya yang sebelumnya menunduk kini mendongakkan kepalanya menatap Rei. Dia kemudian tersenyum dan menjawab, “Aku juga suka kok sama Rei.”
Rei terlihat kikuk dengan jawaban tak terduga Maya, tapi dia kemudian menjelaskan lagi maksudnya.
“Aku suka kamu May. Suka yang gimana ya? Yah, kamu tau kan? Suka yang itu…eum, cinta?”
Lagi-lagi Maya hanya terkikik geli melihat ekspresi kebingungan di wajah Rei. “Iya, aku juga suka sama Rei. Suka dengan cara yang sama kaya Rei suka ke Maya.”
Rei masih terlihat bingung. She’s so clueless dengan apa yang baru saja diucapkan Maya. Dengan gemas Maya kemudian menangkup wajah Rei dengan kedua tangannya dan kemudian mengecup pelan bibir gadis itu.
“Maya juga cinta sama Rei.” Ucap Maya lembut. “Jangan tanya sejak kapan, karena Maya juga nggak tau. Yang jelas, Cuma di dekat Rei, Maya ngerasain seperti ada ribuan kupu-kupu terbang di perut Maya.” Lanjutnya. Rei kemudian tersenyum dan meraih gadis di depannya ke dalam pelukan.
“Nggak peduli apa kata orang, asal kita bahagia itu udah cukup.”

Tinggalkan komentar